Hal yang Kupetik di 2019
Tahun telah berganti. Kini hari keenam di Januari. Seharusnya aku menulis ini tepat pada malam pergantian tahun, tapi entah kenapa belum ada kemauan. Ini juga jadi salah satu pelajaran bagiku bahwa untuk melakukan sesuatu yang (kuanggap) baik tidak perlu menunggu sampai aku mau dan siap. Dan di hari ini aku memaksa melakukannya. Rupanya diriku harus diperlakukan lebih keras olehku supaya tidak stuck di situ melulu.
Tahun 2019 bisa dibilang tahun yang begitu melelahkan, banyak sedihnya, banyak kacaunya. Jatuh dan bangun tidak seimbang, terlalu banyak jatuh.
Kehilangan masih menyapaku di tahun itu. Seorang yang kuanggap menjadi satu-satunya yang tersisa dari SMA, rupanya tumbang juga. Kepergiannya abu-abu, aku juga tidak meminta penjelasan yang perinci. Biarkan saja jika ia memilih pergi. Aku tidak mau menarik-narik dan meminta dengan sangat untuk menetap. Aku tidak lagi memiliki energi untuk itu, dan menurutku aku tidak lagi harus berperilaku begitu. Semakin ke sini aku semakin sadar bahwa bukan tugasku untuk membuat mereka yang ada di hidupku untuk menetap, itu adalah pilihannya.
Sepi.
Itu yang paling membekas. Tahun 2019, pertama kali aku keluar dari rumah. Tinggal sendiri di kamar indekos yang kudekor sebisa mungkin agar membuatku nyaman dan merasa di rumah. Mula-mula aku sangat bahagia. Bebas ke sana-ke sini sesukaku, menjelajah ruang-ruang yang beluk kupijak. Tapi, rupanya tidak sebahagia itu. Ke mana-mana sendiri tidak melulu menyenangkan, aku sadar aku butuh teman. Aku tetap manusia sosial yang butuh berbincang dan tidak merasa sendirian.
Kecemasan yang kerap menggentayangiku. Itu semua bagai tali simpul yang melilit leherku, atau sebuah silet di atas nadiku. Mematikan. Perlahan-lahan.
0 comment