Menyesuaikan atau Memaksakan Diri?
Bicara mengenai teman pasti memiliki banyak ragam. Mulai dari agama, ras, budaya dan lain sebagainya. Tapi gimana, nih, mengatasi perbedaan yang ada? Menyesuaikankah atau malah terkesan lebih memaksakan diri?
Aku pribadi pernah jadi orang yang tidak menggunakan hijab dan bisa dibilang pakai baju yang sedikit terbuka. Dan aku ada di sekeliling orang-orang yang lumayan banyak menggunakan hijab, juga ada yang tidak berhijab tapi lebih sopan pakaiannya dibandingkan dengan apa yang aku pakai mungkin. Aku tidak pernah merasa itu mengganggu mereka karena gaya berpakaian setiap orang pasti berbeda dan memiliki seleranya masing-masing. Aku ini terbilang orang yang memiliki toleransi tinggi. Selagi itu tidak merugikan pihak manapun, aku tidak akan mempermasalahkannya.
Tapi rupanya gaya berpakaianku cukup mengganggu untuk mereka, atau gayaku yang lebih menonjol dari mereka itu membuat orang-orang mempergunjingkanku. Aku lagi-lagi bukan orang yang peduli akan hal itu. Jadi aku bersikap biasa saja. Dan suatu ketika salah satu temanku berbicara kalau dia agaknya malu bersanding denganku kalau kemana-mana. Dia yang menggunakan hijab sedangkan aku yang berpakaian lebih terbuka. Aku cukup terkejut mendengarnya. Bukankah seharusnya aku yang merasa malu?
Aku terus memikirkan hal itu.
Sampai ada temanku yang lain mencoba memintaku untuk menggunakan hijab saat berkumpul dengan mereka. Aku mengiakannya. Lagipula itu bukan hal buruk. Semakin lama semakin aku terapkan, tapi aku semakin tidak nyaman dengannya yang kok "terkesan memaksakan" ya? Kalau memang mereka mau aku berhijab, mungkin ada baiknya bilang dan menyadarkan aku melalui cara yang lain. Sampai aku merasa bertemu dengan mereka adalah hal yang tidak membuatku nyaman.
Singkat cerita, kini aku berhijab.
Seperti apa yang sudah aku bilang kalau keputusanku itu membuat banyak orang tercengang.
Aku memiliki seorang teman yang tidak berhijab, tapi pakaiannya lebih sopan daripada aku. Kami bertemu dan seketika ia berhijab tanpa bilang kepadaku.
Kutanya ia apa maksudnya memakai hijab, memang keinginannya atau hanya untuk menyesuaikan dirinya denganku?
Sungguh aku sedikit marah kala itu.
Aku merasakan rasanya tidak enak diperintah melakukan apa yang tidak aku ingini dan itu benar-benar tidak nyaman, jadi aku tidak mau menyuruh siapapun untuk ikut berhijab saat bertemu denganku. Itu bagiku sebagai bentuk pemaksaan hanya untuk terlihat serupa. Itu bagiku sebagai tanda kalau aku malu memiliki mereka dan menuntutnya banyak.
Aku tidak bisa seperti itu.
Kubilang kepadanya tidak perlu menyesuaikan dirinya denganku yang justru terkesan memaksakan. Soal hijab adalah panggilan hati meski kutahu itu adalah kewajiban. Aku benar-benar tidak bisa memaksakan kehendak mereka hanya demi enak dipandang, lebih sopan dan tidak dibicarakan. Toleransiku setinggi itu.
Aku merasa tidak perlu ada upaya khusus dalam berteman secara penampilan atau apapun selain perasaan. Bagiku itu hanya membuat rasa nyaman menjadi berkurang, membuat orang lain tidak menjadi dirinya sendiri. Aku percaya kebaikan akan menular. Sedikit demi sedikit saja dulu, tidak usah memaksakan. Aku pun berhijab karena kesadaranku sendiri melihat kebaikan teman-temanku. Aku pribadi tidak menyukai pemaksaan dalam bentuk apapun.
Aku harap tidak perlu sebegitu mengubah penampilanmu demi terlihat serupa. Tidak mengapa kalau berbeda.
0 comment