Terbiasa
Tak bisa
dipungkiri bahwa hidup dimulai dari sebuah nama yaitu ‘terbiasa’. Dari hal-hal
kecil yang sering dilakukan setiap hari hingga menjadi sebuah kebiasaan. Seperti
terbiasa sarapan di pagi hari, terbiasa berjalan kaki, terbiasa makan
menggunakan sendok atau hal lain yang tidak pernah kau sadari. Dari hal kecil
pasti akan tumbuh sesuatu yang besar. Ya, itu sudah mutlak. Seperti terbiasa
berbicara baik dan bergaul dengan teman yang baik. Maka, perilakumu pun akan
terbawa baik.
Seperti
terbiasa bersama dia, dia yang kau kasihi. Terbiasa menghabiskan waktu
dengannya hingga kau tak mampu melepas dia. Terbiasa mengeluh kepadanya hingga
kau tak terarah jika tanpanya. Terbiasa memeluknya hingga kau selalu merasa
sepi ketika ia tak ada di sampingmu. Terbiasa bercanda tawa dengannya hingga
kau merasa kosong jika tak bersama dia. Terbiasa berjalan berdampingan berdua
hingga kesedihan menerpamu saat kau berjalan sendiri tanpa seorang pun di
sisi. Terbiasa chatting dengannya
hingga kau merasa gelisah ketika tak ada greeting
darinya. Terbiasa menatapnya hingga kau selalu mencarinya di muka umum. Terbiasa
bercerita dengannya tentang apa pun yang terjadi denganmu hingga kau tak tahu
lagi harus bercerita dengan siapa ketika telingannya tak sanggup mendengar
semua cerita-ceritamu.
Sungguh, keterikatan
‘terbiasa’ sangat membekas di hidup setiap orang. Apa yang telah menjadi
kebiasaan sulit untuk dihilangkan. Seperti menghilangkannya dari hati
dan hidupmu. Namun, terkadang banyak sekali yang mengharuskan semuanya
dihilangkan. Banyak sekali latar belakang yang mengharuskanmu mengganti
kebiasaan itu. Entah objek atau pun subjeknya.
Lagi-lagi
hidup adalah terbiasa. Jika sesuatu itu mengharuskanmu menghilangkan
kebiasaan itu, maka kau harus membiasakan dirimu tanpa dia. Membiasakan hidupmu
yang dulu penuh tentangnya kini tidak sama sekali ada tentangnya. Membiasakan harimu
yang dulu berwarna karenanya kini kau harus membiasakan harimu gelap tanpanya.
Kau harus membiasakan dirimu tanpa dirinya, tanpa tentangnya, tanpa senyumnya,
tanpa suaranya, tanpa cerita hidupnya, tanpa bayangan masalalu dengannya, tanpa
bayangan wajahnya, tanpa tulisan darinya, tanpa canda tawanya, tanpa
pelukannya, tanpa dia dan harus bisa.
Kebiasaan itu
akan muncul jika kau tanpa sengaja telah menggantinya dengan sosok yang baru. Percaya
atau tidak, hatimu dengan cepat menjawab iya.
0 comment