­

Garis Pembatas

by - Februari 03, 2015




Waktu kembali menjadi sesuatu yang selalu disalahkan. Dulu dan sekarang selalu dibandingkan dan selalu berbeda. Dulu bersama sekarang terpisah. Garis pembatas lebih jahat daripada waktu. Garis pembatas lebih kejam memisahkan. Kini garis pembatas itu berada ditengah-tengah dua orang yang mengasihi. Ia dengan cepat hadir dikeduanya. Tidak juga. Bahkan diantara banyak orang. Ia ingin memilikinya sebagaimana mungkin kamu menjadi hanya miliknya.
Dulu selalu ada waktu untuk bersama, selalu ada tema untuk bercerita, selalu ada tawa dalam cela, namun kini hanya membekas di dalam hati. Aku tidak punya waktu lagi untuk bersamamu, aku tidak punya tema untuk bercerita apa pun kepadamu. Seperti asing, seperti bukan kamu. Wajahmu tapi bukan sifatmu. Jauh dari yang aku kenal dulu. Seperti bukan kamu, iya bukan kamu lagi yang hidup ditubuhmu.
Sekiranya kita tidak lagi mempunyai waktu luang, tapi mengapa membangun kebiasaan yang dulu kita lakukan tidak lagi bisa? Mengapa kamu seolah selalu mundur jika aku maju? Apa tidak ada lagi kasih? Apa tidak ada lagi kenyamanan? Apa tidak ada lagi waktu? Apa tidak ada lagi harapan? Untuk seperti dulu lagi.

Kini garis pembatas itu menarikmu dariku, semakin kuat lagi ia menarikmu, semakin jauh dariku. Kini kita benar-benar jauh. Melihatmu pun bukan sepertimu. Ini belum bermula tapi sudah terasa bejalan begitu cepat. Sang garis pembatas menguncimu untuk tidak dimiliki orang lain. Ketahuilah, aku hanya ingin mempunyai waktu bersamamu lagi, aku hanya ingin berbagi cerita denganmu, seperti dulu. Tanpa ada rasa takut, tanpa ada rasa menghindar. Aku hanya ingin seberapa jauh kamu, jadilah dirimu sendiri, bukan manusia baru atau pun menjadi seseorang yang lain. Jadilah diri kamu, diri kamu yang aku sayang. Jaga diri baik-baik kelak waktu dan jarak memisahkan. Dan untuk kamu sang garis pembatas kamu akan merasakan lebih dan lebih dariku, bagaimana rasanya dipisahkan dan kemudian kehilangan.

You May Also Like

0 comment