Di Balik Anak Broken Home

by - Desember 12, 2014



  
            Bicara tentang anak broken home tidak lepas dari kenakalan remaja. Anak broken home juga dikaitkan dengan pergaulan bebas. Masyarakat memberikan label yang mengerikan. Bahkan, masih banyak masyarakat di luar sana yang beranggapan bahwa anak broken home hanya bisa memberikan masalah, terlibat dalam masalah, dan bermasalah. Pernah suatu waktu aku membaca balasan seseorang di snapgram yang berkata bahwa anak broken home tidak bisa bahagia dan hidupnya hanya dikelilingi kebencian? Iyakah? Bukannya yang mengatakan itu yang hidupnya dikelilingi kebencian?

            Memang, memang banyak anak broken home yang terlibat dalam kenakalan-kenakalan. Tapi, tidak sedikit juga yang setelah itu bergegas memperbaiki dirinya. Tiap individu berhak memilih menjalankan hidupnya seperti apa. Tiap individu juga memiliki respons yang berbeda akan permasalahan yang dihadapinya. Siapa kita yang berhak menghakimi dan mengikutcampuri kehidupan seseorang?

            Broken home mungkin kata yang mengerikan untuk sebagian orang. Atau bukan hanya kata, tapi korban broken home juga terlihat mengerikan. Mungkin karena hidupnya yang berantakan, mungkin karena hidupnya yang dililiti permasalahan, apa pun itu. Tapi, ketahuilah banyak sekali kelebihan secara tak terlihat dalam diri anak broken home. Mereka itu tangguh, mereka itu kuat, mereka itu berani, mereka mampu bertahan di kondisi yang tidak memungkinkan demi memperjuangkan hodupnya, mengukir kebahagiaan baru yang akan lahir.

            Meski ada sebagian anak broken home yang menyerah dengan keadaan, memilih mengakhiri hidupnya secara tragis. Bukan karena mereka tak kuat iman, bukan karena mereka berlebihan. Tapi, mereka tak miliki pegangan, mereka sendirian, mereka ketakutan, mereka terlalu lelah, mereka tidak didengarkan, mereka tidak memiliki sumber penguat di hidup ini. Tidak ada yang berusaha mengerti. 

            Sedikit berbagi, aku mempunyai teman yang sebagian besar anak broken home. Awalnya, sebelum mereka bercerita mengenai hidupnya, aku berpikir bahwa mereka bahagia, hidup enak, dan jauh dari kesedihan. Rupanya aku salah setelah aku tahu pengalaman hidup mereka masing-masing. Tapi mereka masih bisa tersenyum, tertawa seolah-olah tidak ada masalah, mereka mampu menyembunyikan segala kesakitan. Ya, begitulah hidup; sawang-menyawang.

   Dari cerita teman-temanku, bisa kusimpulkan sedikit penyebab broken home tidak jauh dari kesibukan kedua orang tua, orang tua yang bercerai, orang tua yang tidak perhatian, orang tua yang di ambang perceraian, satu orang tua yang meninggal dan orang tua lain menikah lagi atau mungkin sibuk dengan pekerjaannya, anak yang kesepian, orang tua yang selalu bertengkar, ayah yang meninggalkan pergi, perselingkuhan.

            Pahamilah, si anak hanya membutuhkan perhatian. Itu semua urusan kalian para orang tua yang bermasalah. Ambil jalan terbaik, mereka sebagai anak tidak berhak mencampuri. Tapi orang tua yang baik adalah orang tua yang konsisten. Walaupun sudah bercerai tapi harus selalu siap menjadi orang tua utuh jika anak membutuhkan.

            Di balik anak broken home, mereka sesungguhnya mempunyai kemampuan lebih. Mereka mampu bertahan, mereka kuat, mereka bisa mengatasinya sendiri. Anak broken home punya berbagai cara untuk menutupi kesedihannya dan sebisa mungkin orang lain tidak mengetahui seberapa sakit mereka. Bercanda tawa itu cara terampuh untuk mereka. Merangkul orang lain padahal dalam hati ia selalu ingin dirangkul. Anak broken home punya kemauan untuk bertahan menlanjutkan hidup walau sebagian kecil dari mereka ada yang salah memilih jalan.

            Ketahuilah para orang tua, anak lebih sakit melihat orang tuanya bertengkar dibanding seorang istri yang diselingkuhi. Anak lebih berpengaruh buruk melihat adu mulut orang tua. Anak lebih trauma melihat kelakuan binatang kedua orang tuanya. Anak lebih menderita.

            Jika seorang anak lebih betah berada diluar rumah, lebih nyaman bersama temannya, lebih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, lebih malas belajar, tanyakan pada diri kalian para orang tua, apa yang salah dari kalian? Sudahkah kalian berperan aktif untuk anak? Anak lebih peka jika merasakan kehilangan kasih sayang.

            Aku, perwakilan dari korban broken home hanya ingin mengatakan, jadilah orang tua yang utuh untuk setiap anak tidak peduli apa masalah kalian. Mereka darah daging kalian, yang semestinya mendapatkan hak kasih sayang, perhatian, dan kepedulian khusus. Mereka telah terluka lebih dari kalian yang dilukai oleh pasangan kalian masing-masing. Orang tua adalah contoh terbaik untuk anak, tapi jika kalian tidak bisa memberikan contoh yang baik, kalian bukanlah orang tua yang menjalankan kewajiban dengan semestinya. Mereka butuh kalian, rangkul mereka saat raut wajahnya berubah. 

            Ayah, ibu, siapapun kalian, air mata selalu jatuh dari matanya tiap malam. Mereka menumpahkannya hanya untuk melegakan sedikit kesesakkan didalam dada. Mereka tidak ingin ada yang mengetahui seberapa sakitnya mereka. Mereka masih memikirkan kebahagiaan orang lain, kebahagian kalian dihari tua. Ayah, ibu, mereka telah berjanji akan membahagian kalian kelak.

You May Also Like

0 comment