twitter facebook instagram pinterest linkedin

Sky Cantiki

Menulis untuk hidup



  
            Bicara tentang anak broken home tidak lepas dari kenakalan remaja. Anak broken home juga dikaitkan dengan pergaulan bebas. Masyarakat memberikan label yang mengerikan. Bahkan, masih banyak masyarakat di luar sana yang beranggapan bahwa anak broken home hanya bisa memberikan masalah, terlibat dalam masalah, dan bermasalah. Pernah suatu waktu aku membaca balasan seseorang di snapgram yang berkata bahwa anak broken home tidak bisa bahagia dan hidupnya hanya dikelilingi kebencian? Iyakah? Bukannya yang mengatakan itu yang hidupnya dikelilingi kebencian?

            Memang, memang banyak anak broken home yang terlibat dalam kenakalan-kenakalan. Tapi, tidak sedikit juga yang setelah itu bergegas memperbaiki dirinya. Tiap individu berhak memilih menjalankan hidupnya seperti apa. Tiap individu juga memiliki respons yang berbeda akan permasalahan yang dihadapinya. Siapa kita yang berhak menghakimi dan mengikutcampuri kehidupan seseorang?

            Broken home mungkin kata yang mengerikan untuk sebagian orang. Atau bukan hanya kata, tapi korban broken home juga terlihat mengerikan. Mungkin karena hidupnya yang berantakan, mungkin karena hidupnya yang dililiti permasalahan, apa pun itu. Tapi, ketahuilah banyak sekali kelebihan secara tak terlihat dalam diri anak broken home. Mereka itu tangguh, mereka itu kuat, mereka itu berani, mereka mampu bertahan di kondisi yang tidak memungkinkan demi memperjuangkan hodupnya, mengukir kebahagiaan baru yang akan lahir.

            Meski ada sebagian anak broken home yang menyerah dengan keadaan, memilih mengakhiri hidupnya secara tragis. Bukan karena mereka tak kuat iman, bukan karena mereka berlebihan. Tapi, mereka tak miliki pegangan, mereka sendirian, mereka ketakutan, mereka terlalu lelah, mereka tidak didengarkan, mereka tidak memiliki sumber penguat di hidup ini. Tidak ada yang berusaha mengerti. 

            Sedikit berbagi, aku mempunyai teman yang sebagian besar anak broken home. Awalnya, sebelum mereka bercerita mengenai hidupnya, aku berpikir bahwa mereka bahagia, hidup enak, dan jauh dari kesedihan. Rupanya aku salah setelah aku tahu pengalaman hidup mereka masing-masing. Tapi mereka masih bisa tersenyum, tertawa seolah-olah tidak ada masalah, mereka mampu menyembunyikan segala kesakitan. Ya, begitulah hidup; sawang-menyawang.

   Dari cerita teman-temanku, bisa kusimpulkan sedikit penyebab broken home tidak jauh dari kesibukan kedua orang tua, orang tua yang bercerai, orang tua yang tidak perhatian, orang tua yang di ambang perceraian, satu orang tua yang meninggal dan orang tua lain menikah lagi atau mungkin sibuk dengan pekerjaannya, anak yang kesepian, orang tua yang selalu bertengkar, ayah yang meninggalkan pergi, perselingkuhan.

            Pahamilah, si anak hanya membutuhkan perhatian. Itu semua urusan kalian para orang tua yang bermasalah. Ambil jalan terbaik, mereka sebagai anak tidak berhak mencampuri. Tapi orang tua yang baik adalah orang tua yang konsisten. Walaupun sudah bercerai tapi harus selalu siap menjadi orang tua utuh jika anak membutuhkan.

            Di balik anak broken home, mereka sesungguhnya mempunyai kemampuan lebih. Mereka mampu bertahan, mereka kuat, mereka bisa mengatasinya sendiri. Anak broken home punya berbagai cara untuk menutupi kesedihannya dan sebisa mungkin orang lain tidak mengetahui seberapa sakit mereka. Bercanda tawa itu cara terampuh untuk mereka. Merangkul orang lain padahal dalam hati ia selalu ingin dirangkul. Anak broken home punya kemauan untuk bertahan menlanjutkan hidup walau sebagian kecil dari mereka ada yang salah memilih jalan.

            Ketahuilah para orang tua, anak lebih sakit melihat orang tuanya bertengkar dibanding seorang istri yang diselingkuhi. Anak lebih berpengaruh buruk melihat adu mulut orang tua. Anak lebih trauma melihat kelakuan binatang kedua orang tuanya. Anak lebih menderita.

            Jika seorang anak lebih betah berada diluar rumah, lebih nyaman bersama temannya, lebih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, lebih malas belajar, tanyakan pada diri kalian para orang tua, apa yang salah dari kalian? Sudahkah kalian berperan aktif untuk anak? Anak lebih peka jika merasakan kehilangan kasih sayang.

            Aku, perwakilan dari korban broken home hanya ingin mengatakan, jadilah orang tua yang utuh untuk setiap anak tidak peduli apa masalah kalian. Mereka darah daging kalian, yang semestinya mendapatkan hak kasih sayang, perhatian, dan kepedulian khusus. Mereka telah terluka lebih dari kalian yang dilukai oleh pasangan kalian masing-masing. Orang tua adalah contoh terbaik untuk anak, tapi jika kalian tidak bisa memberikan contoh yang baik, kalian bukanlah orang tua yang menjalankan kewajiban dengan semestinya. Mereka butuh kalian, rangkul mereka saat raut wajahnya berubah. 

            Ayah, ibu, siapapun kalian, air mata selalu jatuh dari matanya tiap malam. Mereka menumpahkannya hanya untuk melegakan sedikit kesesakkan didalam dada. Mereka tidak ingin ada yang mengetahui seberapa sakitnya mereka. Mereka masih memikirkan kebahagiaan orang lain, kebahagian kalian dihari tua. Ayah, ibu, mereka telah berjanji akan membahagian kalian kelak.
Ada hal yang aku takutkan bertemu dengan seseorang. Ada hal yang aku benci dituduh dengan apa yang tidak aku lakukan. Sulit membangun kepercayaan itu lagi, sulit untuk membuatnya percaya dengan kenyataan yang sebenarnya. Mulut tak lagi alat yang jujur untuknya, padahal semua kebenaran telah terlontar. Hati yang begitu lembut seakaan menjadi kasar setelah adanya profokator. Apakah kebaikan selama ini tak menjadi bukti untukmu jika aku orang yang (benar-benar) baik? Apakah harus menjadi biasa saja dan menjaga jarak untuk aku tidak dituduh seperti apa yang kalian tuduh? Apakah aku harus memusnahkan segala kasih sayang yang teramat tulus dilubuk hati? Apakah hanya karena sepatah kalimat itu kini merubah kedekatan kami? Tolonglah pahami apa yang tidak kalian ketahui.. Jadilah manusia cerdik dalam mengatasi kesalahpahaman, Tegakah kalian menyakiti hati yang teramat tulus? Tegakah kalian memisah jauhkan kami? Aku bukan penghancur hidupnya, tapi aku menjaga keutuhan dirinya. Apa kalian tak bisa membedakan apa yang yang terjalin diantara kami? Apa kalian tak bisa mengartikan maksud dari kalimat tersebut? Apa kalimat itu tidak boleh ditujukan kepada sesama? Maaf jika kalian berpikir seperti itu, intinya aku tidak pernah merasa kalau aku seperti yang kalian tuduhkan.
Gua Risky Septianingsih, gua obsesi banget buat jadi seorang penulis. Tapi gua belum punya cukup banyak ide-ide atau imajinasi yang bakalan gua tuang dalam bentuk tulisan. Paling juga gua cuma nulis sebagian kalimat yang gua ucapin nggak sengaja yang menurut gua bermakna. Kadang nulis novel pun nggak selesai, mentok disitu-situ aja. Maklum namanya juga penulis amatiran :v wkwk. Gua tau kok, gua nggak punya otak yang bener-bener pinter buat menulis sebuah novel. Kata-kata gua juga masih ada yang nggak baku. Iya, gua terbiasa berbicara pakai bahasa yang santai. Gua juga belum bisa menghasilkan sebuah kalimat yang besar maknanya buat gua ataupun pembacanya. Gua cinta banget sama dunia tulis menulis. Cuma tulisan yang bisa menggambarkan isi hati seseorang, dengan tulisan kita mampu mencurahkan segala isi hati yang kita rasa. Itu sebabnya kenapa gua suka nulis novel. Sebagian novel yang gua tulis pun ada yang reality, ada juga harapan, cinta, kesedihan, ketegaran, dsb. Gua malu kalau tulisan gua dibaca sama orang lain, karena gua sadar tulisan gua belum bener-bener berbobot dan masih dibawah standar kwalitas penulis. Kadang suka iri baca novel yang penulisnya lebih muda dari gua. Dia hebat banget, gua aja belum bisa terbitin buku. Malu sama diri sendiri. Tapi syukur alhamdulillah gua udah berhasil nulis novel sampai selesai, itupun cuma satu haha. Tapi gua masih ragu-ragu buat terbitin itu buku atau enggak. Gua takutnya pas gua kirim tiba-tiba dibalikin lagi itu nyesek yekan?:" Emang sih kalo nggak dicoba dulu gua gaakan tau diterima atau enggaknya. Tapi gua masih labil banget pokoknya, antara dikirim atau engga. Duhh kok gua jadi curhat gini sihyak :v wkwk
Newer Posts

Pemilik Ruang


Halo, selamat datang di Ruang Tenang! Senang mengetahuimu mengunjungi ruanganku, tempat aku melarikan diri dari kegaduhan dunia. Di sini kau akan bertemu sekat-sekat ruang dalam kepalaku yang begitu sesak menjadi untaian kata-kata.

Mari Berteman

Labels

Berdikari Jurnal Karya Teman Hidup

Blog Archive

  • ►  2022 (9)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  Desember (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ▼  2014 (3)
    • ▼  Desember (1)
      • Di Balik Anak Broken Home
    • ►  November (2)
      • Tuduh
      • Penulis Amatir :v


FOLLOW ME @INSTAGRAM





Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates